KEMBALILAH, NAK SANTRI..!
Seluruh
siswa – siswi keluar dari kelas, bebas pergi entah kemana bagai burung gereja
yang baru keluar dari kurungan, untuk sekedar istirahat atau menghilangkan
penat dan bosan yang ada didalam pikiran dan hati mereka.bagi mereka, hari ini seperti melewati waktu yang benar – benar menguras
pikiran, emosi dan energi, ketika harus berkutat dan fokus pada setiap materi
pelajaran yang disampaikan guru mapel. Apalagi kalau pas ada guru yang bosenin
ngajar, pasti ada siswa/ siswi yang mendengarkanya harus dengan perjuangan
setengah mati, karena melawan rasa kantuk hingga membuat kepala terangguk –
angguk, lalu menyentuh meja dengan keras. Gludak.. ! Kasihan..
“ Abdullah kamu mau kemana..? bukanya rapat osis dengan
Pembina sekarang..! “ Tanya sahabatnya, Saiful yang heran melihat tingkah
temanya setelah bel istirahat berbunyi, padahal mereka dapat undangan rapat osis dengan
pembina setelah istirahat.Saiful mengikuti langkah Abdullah yang cepat dan buru
– buru, seolah – olah Abdullah ada hal penting sehingga tidak menghiraukan
pertanyaan temanya, bahkan sekedar menolehkan kepala pun tidak.
“
aku ada urusan yang lebih penting ful..!sorry.. “ Abdullahmenoleh kebelakang,
lalu berjalan cepat meninggalkan kelas dan teman sekamarnya. Saiful hanya
berumam “oke lah kalau begitu..”sambil mengikuti gaya artis di tv. Keduanya
berpisah ditangga sekolah lantai dua.
Abdullah
menyusuri lorong kelas – kelas yang berjejer dan berdampingan, membawa perasaan
penuh kesal dan jengkel bercampur menjadi satu dengan rasa kecewa dalam hatinya
karena baru saja dihukum berdiri 2 jam lebih oleh guru mapel bahasa arab yang
super disiplin, karena terlambat masuk kelas 3 menit. ditambah dengan musibah
kehilangan celana seragamnya yang harus dipakai hari ini, hingga dia pakai
celana lain yang bukan jadwalnya, juga uang 300 ribu untuk spp dan ujian
semester bulan ini.
Abdullah
bergegas meninggalkan gedung sekolahnya lalu melewati jalan aspal menuju
gerbang utama pesantren, berjalan diantara gedung – gedung bertingkat dua yang
berjejer – jejer disebelah jalan aspal.Perasaanya kalut bercampur bingung yang memenuhi
seluruh pikiranya, kekecewaannya sudah memuncak dan sudah tidak mampu lagi
Abdullah menahan dan menerimanya. Bagaiman dia tidak kecewa dan kesal setelah
dia mengalami hal – hal yang belum pernah dia alami dalam perjalanan awalnya dipondok
pesantren. “aku sudah nda kuat lagi
disini, stress saya setiap hari kalau begini terus” pikirnya.
Perasaanya
masih dipenuhi dengan kekecewaan dan putus asa, juga rasa was – was dalam
hatinya karena rencananya hari ini dia ingin kabur dan pulang kerumah, namun
Abdullah masih yakin bisa keluar dari gerbang pondok. Kata teman – temanya,kecil kemungkinan santri bisa
pergi keluar pondok kecuali alasan sakit untuk berobat dirumah sakit atau
keluar untuk ziarah kubur seperti biasanya di hari jumat sore.
Dan
benar apa kata teman – temanya, Abdullah tidak diizinkan pergi keluar pondok
dengan alasan apapun yang dia ajukan kepada satpam, meskipun dia sudah memelas
kasihan seperti anak kecil kepada ayahnya agar dapat bermain diluar rumah.
Namun Abdullah tidak putus asa untuk memohon agar bisa keluar dari pondok, dia
ajukan kembali alasanya untuk membeli obat di apotek yang jarang di minum oleh
santri dan memang benar dia pernah sakit keras dirumah. Setelah lama berdebat
alot dengan satpam lebih dari setengah jam lamanya, akhirnya dia boleh keluar
dengan syarat waktu 10 menit saja. Alhamdulillah..
Setelah keluar dari gerbang utama pesantren, niatnya
berubah dan langsung naik angkot kuning menuju terminal Bumi Ayu. Mobil angkot
kuning melesat dengan kecepatan 30 km/ jam menyusuri jalan berkelok penuh
tikungan 90 derajat, yang menuntut sopir harus sangat waspada saat mengendarai
mobilnya. Setelah membayar ongkos Abdullah langsung turun dari angkot kuning
didepan terminal baru Bumi Ayu, lalu tidak berapa lama datang bus ¾ dari
purwokero menuju kota tegal, dia langsung bergegas menuju bus sambil menyahut
kernek bus Pwt – Tegal yang selalu berkoar – koar keras melengking, menyebutkan
jurusaan yang akan dituju kepada siapapun yang dijalan raya.
“ Kemana dek..? “ Tanya kernek sambil mengambil ongkos
penumpang bus.Baju dan celana jinsnya lusuh kusam, setengah dekil karena
mungkin jarang atau bahkan tidak pernah dicuci kecuali sudah satu bulan lebih.
“Terminal Tegal mas..”jawab Abdullah sembari menyodorkan uang 15 ribu kepada
kernek yang berdiri didepanya.
Bus penuh sesak oleh
penumpang dari purwokerto sampai Bumi Ayu, sehingga dia harus berdiri menemani
kernek dan penumpang lain yang tegak bersandar pada kursi penumpang sejak lama.
Bus berjalan menyusuri aspal hitam yang terpanggang oleh matahari siang yang
terik, sesekali tampak fatamorgana dari kejauhan.
Abdullah
berusaha bersabar menahan sesak dan bau tak sedap dari dalam bus danasap rokok
dari bapak yang sejak dari terminal Bumi Ayu sudah mengeluarkan asap tebal
rokok Djisamsoenya, bagai gunung merapi yang tak henti – hentinya mengeluarkan
asap tebal yang membahayakan. Suasana bertambah penuh sesak saat pedagang
asongan datang.dia tidak pernah bosan menyuarakan yel – yel kebanggaanya “
Aqua, Mizon, Tisu kacang…” dll meskipun hampir tidak satupun yang menoleh tapi
dia tetap bersuara demi rezeki dan hidup anak keluarganya.Bagaikan “hah.. sabar..” lirih Abdulah.
Bus
¾ jurusan Purwokerto - Tegal mulai melewati arah linggapura yang
merupakan jalan alternatif sempit yang hanya bisa dilewati bus ¾ dan bus
¼ juga kendaraan kecil roda empat . Karena jalur utama di desa Ciregol rusak
berat,sehingga menyebabkan arus transportasi lambat dan harus di alihkan kejalur
linggapura yang memutar dan berkelok.
Bus yang ditumpangi Abdullah bergoyang ke kanan kekiri bagai diterjang ombak
dilautan, membuat penumpang khawatir dan was – was bahkan ada yang sampai mual
dan muntah, karena banyak lubang sedalam 30 cm sepanjang jalan dari pintu masuk
desa linggapura.
“
Terus.. terus.. kiri pak..” suara salah satu penduduk desa membuyarkan lamunan
Abdullah sejak tadi, penduduk desa mencoba membantu semua mobil yang melewati
desanya, dengan sigap dan sabar mereka mengarahkan sopir untuk berhati – hati
saat menyusuri jalan berlubang, lalu ucapan terima kasih dari sopir atau kernek
lalu memberi uang 1000 kepada mereka yang telah membantu atau bahkan meminta,
disusul anak – anak kecil yang berjejer dipinggir jalan sempit sambil
menengadahkan tangan atau dengan cating tempat
nasi kepada sopir dan penumpang kendaraan yang lewat. Terpaksa dan karena mumpung ada kesempatan menurut mereka.
“ Kasihan mereka “ gumam abdullah dalam hati. Dia merasa bersyukur dengan
keadaanya saat ini.
Setelah
satu jam lebih perjalanan dari terminal Bumi Ayu, akhirnya dia baru sampai di
terminal Tegal, meskipun harus berdiri terus sambil menahan kantuk yang luar biasa
dari Bumi Ayu sampai kota tegal. Padahal perjalananya masih jauh sekali menuju
terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan, lalu berlanjut ke Tanggerang.Tanpa
menunggu lama Abdullah pergi ke masjid untuk sholat dzuhur, kemudian langsung
naik bus besar jurusan terminal Cirebon.Untuk pertama kalinya, dia merencanakan
perjalanan pulangnya dari satu terminal ke terminal lain, agar lebih murah dan
pas dengan uang sisa yang dibawanya saat ini.
Selama
perjalanan menuju terminal Cirebon, Abdullah hanya diam membisu tanpa
menghiraukan penumpang lain atau pengamen dan pedagang asongan, merenungi nasib
dan kondisi yang dia alami selama di pesantren sejak awal masuk tiga bulan yang
lalu. Perasaan kecewa, bingung dan putus asa menyelimuti hati dan pikiranya,
yang ada dalam pikiranya hanya pulang kerumah.
Dia
merasa percuma belajar di pesantren karena ternyata banyak sekali masalah dan
cobaan yang tidak pernah dia alami di rumah, hanya pulang dan melanjutkan
sekolah dirumah sebagai keputusan akhirnya setelah menimbang – menimbang dengan
apayang telah dia rasakan selama ini. “ pokoknya saya harus pulang, dan saya
tidak mau lagi ke pesantren, titik..!” seru dalam batinya.
Suara
adzan Ashar berkumandang dari masjid sekitar daerah terminal Cirebon, bersamaan
dengan Abdullah yang baru turun dari bus besar di terminal utama Cirebon,
wajahnya lelah sekali peluh dengan keringat di dahi dan pipinya, matanya
sedikit berkunang – kunang sambil mencari masjid atau musholla terdekat untuk
menunaikan sholat Ashar lalu melanjutkan perjalanan pulangnya. Kebetulan ada
mushalla kecil dipinggir terminal, tanpa pikir panjang di langsung sholat Ashar
bersama para penumpang dan sopir bus.
“
Kampret… kampret…!!” teriak Abdullah
keras, lalu mengucapkan sumpah serapah untuk pencopet bus jurusan tegal –
Cirebon.
“
waduh… aku nda bisa pulang nih…”Abdullah bertambah kesal, jengkel dan bingung
sekali karena uangnya dicopet, wajahnya mengkal lalu meninju tembok dan lantai
musholla, sampai orang – orang yang ada disana heran. Dia sudah benar – benar
putus asa dengan kondisinya sekarang.bagaimana tidak, dia sudah jatuh sakit
ketanah malah tertimpa pula tangga besar. Mau melanjutakan pulang kerumah tidak
mungkin, uang juga sudah tidak ada sama sekali apalagi mau balik ke pesantren,
pastinya bisa dapat lagi hukuman berat dari satpam dan pengurus pondok.” Huff..apes.. apes..! “ ucapnya dengan tangan
memukul jidatnya.
“
Kenapa dek…? “ Tanya bapak paruh baya, yang membuat abdullah kaget dan
heran.dengan pakaian khas sopirnya yang sederhana untuk angkutan umum atau bus terminal, bapak ini
menanyakan Abdullah tentang asal dan tujuannya dari terminal Cirebon. Tanpa
menunggu, Abdullah menceritakan asalnya dari tanggerang yang sedang nyantri di
pesantren Bumi Ayu, lalu menyebutkan semua permasalahan dan rasa penuh kecewanya
ketika di pesantren sampai dengan musibah uangnya hilang dicopet saat di
perjalanan. Sehingga semuanya benar – benar membuat dia putus asa dan tidak ada
pilihan lain kecuali pulang dan lanjut sekolah dirumah.
“
Gitu aja ko pusing, aneh kamu ini, dek.. dek…! “ bapak ini tertawa lucu dengan
semua cerita Abdullah selama di pesantren. Abdullah tambah sangat heran sekali
dengan jawaban bapak ini dan hampir kesal lagi, seolah tidak bisa merasakan
nasib yang dialaminya saat ini.sambil membersihkan gigi dari slilit daging ayam,
bapak ini mencoba menasehati Abdullah yang sedang bingung dan putus asa.
“
sudahlah... Nak Santri..! tidak usah
pulang kerumah, lebih baik kamu balik kepesantren dan jangan pernah lagi ingin
kembali pulang, kecuali kalau kamu sudah
sukses” kata bapak paruh baya ini dengan gaya orang tua yang sedang menasehati
anak tercintanya, lalu bapak ini mengisahkan lika – liku perjalanan hidupnya, yang ternyata bapak ini sejak
kecilnya juga pernah mondok di pesantren
yang tidak jauh dari terminal Cirebon, namun sayang sekali bapak ini tidak
sampai selesai nyantri dipesantrenya selama 7 tahun, karena ditahun ke enamnya
bapak ini berhenti sekolah dan nyantri sebab putus asa, akhirnya bapak ini
menjadi sopir bus besar terminal Cirebon sampai sekarang.
Abdullah
hanya diam termenung dan merasa bersalah dengan keputusanya saat ini, padahal
baru tiga bulan dia ngaji di pesantren Bumi Ayu, dia malu dengan bapak ini akan
perjalanan hidupnya yang berliku – liku sampai membuat bapak ini menjadi sopir
bus besar di terminal, hanya karena rasa putus asa bapak ini ditengah
perjalanan ngajinya di pesantren. Akhirnya Abdullah memutuskan untuk pulang ke
pesantrenya di Bumi Ayu untuk ngaji lagi agar bisa sukses dan tidak sampai
seperti bapak ini atau para pedagang asongan juga pengamen jalanan yang dibus
terminal.
“
Terima kasih banyak pak atas nasehatnya, juga uang ongkos pulang saya
kepesantren” jawab Abdullah dengan wajah sumringah bahagia, setelah diberi nasehat kehidupan
yang sangat berharga serta ongkos pulang ke pesantrenya. Wajahnya cerah dan
mantap untuk menghadapi setiap masalah baru dan menatap masa depanya yang
gemilang, meskipun nanti dia akan menerima hukuman berlipat dari satpam,
pengurus pondok dan bp sekolah.
Namun
hatinya sudah mantap dan niatnya kuat untuk ngaji lagi agar bisa membahagiakan
orang tua dan jangan sampai seperti bapak paruh baya dan pengemis jalanan,
karena hanya putus asa dengan setiap masalah hidup yang silih berganti
menghampiri mereka. Abdullah telah menemukan prinsip baru bahwa : “ Setiap
masalah adalah ujian tuhan, agar bisa menjadi orang mulia atau hina dimata sang
pencipta. Maka saya harus melewatinya untuk menjadi mulia dihadapaNya “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar